sumber : Google picture |
Sebenarnya sudah lebih dari enam bulan yang lalu keinginan saya untuk mengunjungi salah satu kota wali di tanah Jawa ini. Ya, Cirebon entah apa yang ada disana tapi seperti ada tarikan kuat yang membuat saya ingin mengunjunginya. Sistem off di tempat kerja juga merupakan penghalang tersendiri karena libur yang tidak bisa bersamaan antar karyawan membuat saya harus berpikir puluhan kali jika akan melakukan perjalanan karena tidak akan ada teman yang bisa diajak alias sendirian. Tapi kali ini tarikan untuk mengunjungi kota cirebon sangat kuat sehingga saya putuskan untuk tetap berangkat kesana meskipun sendirian.
Sebelum berangkat dari Cikarang menggunakan motor, saya menyiapkan segala perlengkapan baik untuk motor dan keperluan traveling nanti saat sudah tiba disana. Karena sering mendengar isu bahwa polisi di kota Cirebon terkenal rese, maka perlengkapan motor saya teliti dengan baik sampai ke tutup pentilnya. Jangan sampai kejadian tidak mengenakkan saat ke Bogor terulang lagi karena ulah pak polisi nakal yang haus kata damai.
Berangkat pukul delapan pagi via jalur pantura Karawang - Cikampek, entah ada apa pagi ini jalanan terasa begitu sepi sepanjang jalan pantura yang lebar hanya ada beberapa mobil melintas dan sedikit pemotor yang ngegas. Perjalanan juga semakin menyenangkan karena cuaca sedang bersahabat dan pengertian memberikan udara sejuk di sepanjang jalan. Masih ingat betul sebelum ini waktu tempuh untuk Cikarang - Cirebon yang saya lalui sekitar 4 setengah jam, tapi kali ini hanya butuh 4 jam kuarang untuk bisa sampai ke kota wali ini.
Destinasi pertama yang saya kunjungi tentu saja Makam Sunan Gunung Jati, sebagai muslim kurang afdhol rasanya jika berkunjung kesini tidak menyempatkan berziarah ke makam salah satu wali songo yang ada di tanah Jawa ini. Karena tiba di kompleks makam jam setengah 12 siang, saya tidak langsung menuju makam melainkan menyempatkan diri ke masjid disebelah kompleks makam untuk bersiap sholat dzuhur.
Ada yang menarik di masjid ini yaitu terdapat sumur yang dikeramatkan yang berada di sebelah kanan masjid samping tempat wudlu pria. Sumur kejayaan kalau saya tidak salah baca, tapi tidak saya foto supaya sobat makin penasaran untuk melihatnya sendiri kesana (padahal aslinya ngeri xD ). Tenang, tidak menyeramkan sebenarnya, kata salah satu penjaga disana banyak sekali peziarah yang mandi dan membawa sebotol air dari sumur tersebut untuk di doa-doakan dan dibawa pulang. Saya sendiri juga ditawari untuk mengambil air dari sumur karena konon katanya semua niatan kita bisa dikabulkan, tapi saya menolak karena tujuan saya kesini bukan minta doa-doa tapi untuk berziarah dan mengagumi peninggalan sejarah.
Selesai sholat saya lanjutkan menuju makam, setelah bertanya-tanya dengan bapak petugas makam (apa ya namanya) saya diarahkan menuju sebuah pintu pasujudan. Sebuah pintu besar yang depannya digunakan peziarah untuk berdoa dan membaca tahlil. Sepertinya peziarah cuma diperbolehkan sampai disini karena untuk sampai ke makam Sunan Gunung Jati yang sebenarnya membutuhkan Izin khusus.
sumber : google search |
Foto tersebut saya ambil dari google picture karena disana saya tidak mengambil gambar karena khawatir mengurangi nilai kekhusukan dalam berziarah. Intinya, kegiatan berziarah adalah salah satu anjuran Nabi karena dapat meningkatkan taqwa kita kepada Allah, tapi jangan di salah artikan sehingga kegiatan ibadah tersebut berubah makna menjadi syiriq. Wallahua'lam....
No comments:
Post a Comment